Photo: Adrian Mulya
|
REKOLEKSI MEMORI(english version to follow)
Museum temporer REKOLEKSI MEMORI, yang dibangun dalam rangka memperingati hari HAM Internasional di atas pelataran Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki adalah museum 6 hari, rumah untuk karya-karya seni dari Sigit D Pratama, Elisabeth Ida , Yovista Ahtajida , Adrian Mulya , Kiki Febriyanti dan Jompet Kuswidananto. Rumah seluas 278 meter persegi tersebut terdiri dari perancah-perancah yang disusun 4 tingkat sebagi elemen struktur utama. Dinding terdiri dari lapisan kawat ayam dan kain paranet hitam. Untuk melindungi karya seni dari hujan dan panas, atap tenda plafon menutupi keseluruhan area interior pameran. Pencahayaan arsitektural bangunan mengandalkan lampu "LED stripes" sedangkan untuk interior menggunakan lampu "adjustable Downlight". Seluruh pencahayaan memberikan efek museum yang tetap berpendar dari kejauhan namun tersamar transparan saat dilihat dari dekat. Karya ini merupakan simbol perlawanan generasi muda dalam menolak lupa akan ingatan sejarah kelam pelanggaran HAM yang dilewati saat masa kecil dan sebagai pengingat bahwa kekerasan bukanlah jawaban dalam menyelesaikan perbedaan. (wendy) / TRANSPARANSI Satu proyek mengenai presepsi elemen arsitektur dinding sebagai pembatas dan penyambung informasi. TEMPORER Satu proyek mengenai presepsi tipologi bangunan museum sebagai wadah karya seni yang menetap di memori. MANIFESTO Satu proyek dengan konteks sejarah dan budaya perlawanan lintas generasi. KOLABORASI Satu proyek yang terjadi karena kerjasama orang-orang berdedikasi dan lintas profesi. (gosha) / Das temporäre Museum lag auf dem Gelände eines kulturellen Zentrums in Zentral Jakarta, namens Taman Ismail Marzuki. Das Gebäude spiegelte sich die Situation solcher Geschichte in der heutigen Zeit wider, deren Wahrheit noch verschwommen und untastbar ist. Die Konstruktion bestand aus 4-stöckigen Stahlgerüsten. An der Außen- und Innenseite der Gerüste war sehr feine Maschendraht vorgesehen. In deren Mitte hingen schwarze durchsichtige Netze, die oft in der landwirtschaftlichem Betrieb genutzt werden. In der Nacht präsentierte sich das Gebäude als "fliegende" Neon-streifen, die an die Gerüste installiert wurden. Die Kunstwerke leuchteten nachts von innen heraus. Die Wände im Innenraum bestand ebenfalls aus Stahlgerüsten, die von den schwarzen Geweben umhüllt waren. Es waren 6 junge Indonesische Künstler, die Ihre Werke ausstellten. (stephanie) www.lawanimpunitas.com / Architects Stephanie Larassati, Gosha Muhammad, WEN Urban Office Client Partisipasi Indonesia, National Committee of Human Rights, Jakarta Arts Council Location Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia Exhibtion display .this/PLAY Scaffolding Construction Bintang Anugerah Lighting .this/PLAY & CV Northern Lighting Event Rekoleksi Memori Festival December 7th-12th, 2015 Completion date December 4th-7th, 2015 |